Jumat, 13 Juli 2018

ICE CRIME (CHAPTER 6)

6. SOMETHINGS
-------------------------------------------------------------

"Lagi! Pukul terus Daff yang kuat!!", teriak kakakku yang memecahkan suasana minggu pagi ini. Sesuai janjinya, kakakku mengajari Daffa tae kwon do setiap minggu pagi. Dari ruang tengah, ku pandangi kakak dan temanku itu sedang berlatih keras dan baru kali ini aku melihat Daffa sangat semangat berlatih.
"Tendanganmu masih lemes banget, powernya ditambah lagi ntar. Oke deh kita istirahat dulu"
"Iii..ya kak", jawab Daffa sambil menghela nafas.
"Gimana kak?", tanyaku pada kakakku.
"Nggak gimana-gimana sih, tapi udah ada kemajuan kok dia"
"Sini Daff makan minum dulu!", panggilku ke Daffa, dan dia langsung datang.
"Habis ini kita latihan fight, soalnya besok waktu pertemuan rencananya mau ada tanding fight", tukas kakakku memberi tahu.
"Tapi kan aku masih nggak terlalu bisa fight kak", jawab Daffa.
"Santai aja, kakakku jago kalo soal fighting. Ntar kamu diajarin semuanya", sahutku.
"Nanti kamu pake body protectorku itu", suruh kakakku.
"Kak Bryant nggak pake?", tanya Daffa.
"Nggak, nggak butuh aku", jawabnya santai.

Setengah jam berlalu cukup cepat. Kakakku dan Daffa kembali melanjutkan latihan mereka. Fighting. Hal yang mungkin baru untuk anak selempeng Daffa. Ku katakan pada kakakku untuk tidak terlalu keras dengan dia saat fight nanti tapi hal itu tidak digubris oleh kakakku. Dia justru menyuruh Daffa untuk melawannya habis-habisan. Alhasil justru Daffa yang kewalahan sendiri menghadapi tangkisan kakakku setiap kali dia menyerangnya sampai akhirnya Daffa menyerah sesaat setelah mendapat sekali tendangan saja.
"Gitu aja langsung letoy! Kamu pake body protector lho, aku aja nggak pake apa-apa lho ini", gerutu kakakku kesal.
"Maaf kak, aku masih belum biasa", jawab Daffa sambil berusaha berdiri.
"Ayo lagi. Anak tae kwon do yang paling lemah aja dia fight bisa lho, masak kamu kalah sih sama dia?"
"Lagi kak?"
"Iya lah! Oke kali ini aku nggak bakal main-main, kamu anggep aku musuh beneran. Gunain teknik-teknik yang udah dipelajarin tadi", perintah kakakku.
"Siap kak, aaa..ku coba lagi", balas Daffa.

Melihat keadaan yang seperti ini, aku langsung ke halaman belakang dengan membawa kotak P3K untuk berjaga-jaga kalau nanti terjadi hal yang tidak diinginkan. Aku sedikit kalau kakakku mulai serius kalau fight, karena dari pengalaman dulu saat dia turnamen pernah sampai hampir membuat lawannya patah tulang dan pingsan. Berbahaya. Sesuai dugaanku, kurang dari 2 menit Daffa langsung kalah dengan posisi lengannya yang terkunci ke atas. Kakakku langsung melepas kunciannya, dan Daffa langsung terduduk ditanah sambil menahan sakit ditangannya. Ku oleskan balsem otot ditangannya agar tidak semakin sakit.
"Zha, kayaknya aku nyerah kalo latihan fight", kata Daffa pasrah.
"Kamu cuma kurang latihan aja, awal-awal emang gini ntar kan kalau udah sering latihan fight bakal kebiasa", tukasku memberi tahu.
"Tapi kakakmu aja hebat banget, gimana aku mau bisa menang nglawan dia"
"Ya kan gara-gara dia emang udah tingkatannya tinggi, tapi kalo kamu pengen menang aku kasih tau nih"
"Kasih tau apa?"
"Sini. Kalo kamu pengen menang nglawan kakakku, kamu awasin terus gerakan kakinya soalnya kak Yan itu gerakannya cepet", bisikku pada Daffa.
"Kamu bener juga sih, kakakmu emang cepet banget gerakannya"
"Nah iya makannya, itu udah jadi ciri khasnya kak Yan kalo fight"
"Ayo Daff mulai lagi!", suruh kakakku dan langsung membuat Daffa lari ke halaman lagi.
Sepertinya Daffa mendengarkan saranku tadi, dia langsung fokus dengan gerakan kaki kakakku yang sudah membuat kuda-kuda tanda siap bertarung. Menurutku fight mereka kali ini berjalan cukup lama. Daffa sudah mulai berhati-hati dan mulai bisa menangkis setiap serangan kakakku. Selang beberapa menit, mereka selesai meskipun kakakku tetap menang. Tapi kakakku mulai salut dengan Daffa yang sudah memiliki kemajuan.

**

Hari kedua aku ikut jurnalistik. Rasanya semakin nyaman berkumpul bareng teman baru yang ada disini. Kebetulan UKM'ku ingin mengadakan lomba mading antar fakultas dalam rangka memeriahkan hari sumpah pemuda besok. Setiap hari besar kampusku selalu mengadakan berbagai macam kegiatan untuk memeriahkannya, dan sekarang giliran kami anak jurnalistik yang unjuk kegiatan. Kak Sandra langsung membuat sususan panitia dan acaranya. Walaupun acaranya 2 minggu lagi tapi kak Sandra sudah optimis lomba mading antar fakultas ini akan berjalanan lancar dan sukses, ditambah badged untuk lomba ini tidak terlalu besar jadi untuk pembiayaannya kami semua sepakat untuk melakukan kegiatan berjualan makanan dan baju bekas pantas pakai setiap hari mulai besok kamis.
"Untuk makanan sama bajunya aku serahin sepenuhnya ke Zha, Aisyah, Valdo sama Rina senagai seksi pendanaan ya", kata kak Sandra. "Jadi nanti kalian nanti yang koordinasi nanti, buat bajunya besok udah harus dikumpulin jadi bisa langsung di jual"
"Siap San, buat makanannya kita sepakatnya jualan apa nih?", sahut kak Aisyah.
"Mmmm, gimana kalo snack gitu? kayak jajanan pasar", saran kak Sandra.
"Boleh sin San, tapi apa nggak lebih enak paket makanan gitu? kalau mau kebetulan sih tante aku punya usaha katering jadi bisa bantu juga", tambah kak Aisyah.
"Setuju aku, yang lain?", tanya kak Sandra dan langsung disambut baik oleh satu ruangan.
"Aku mau nambahin nih, gimana biar maksimal pas CFD besok kita juga jualan jajanan gitu, kan laria tuh kayaknya", tambah kak Valdo.
"Sipp!! Pinter kamu Val!", kata kak Sandra setuju. "Oke berarti semua fix ya, besok aku pengen udah ada kemajuannya dari tiap seksi dan jumat kita ketemuan lagi", tutup kak Sandra untuk pertemuan hari ini.

Setelah pertemuan selesai kak Aisyah langsung mengajakku, kak Valdo, dan kak Rina ngobrol bareng untuk urusan pendanaan di taman dekat ruang jurnalistik. Kak Aisyah menjelaskan makanan apa yang ingin dijual. Ada sate, chinese food, dan korean food yang lagi hits dikalangan anak kampus. Mulai dari harga sampai deadline pemesanan semuanya kami bahas tuntas. Untuk CFD kita sepakat untuk jualan sosis, bakso bakar, jagung serut, roti bakar, dan capuchino cincau.

Hari mulai malam, aku belum pernah pulang kuliah sampai malam kecuali waktu ospek dulu. Sambil menunggu kakakku menjemput, ku putuskan untuk menunggunya didekat parkiran gedung fakultas ekonomi. Sepi dan sunyi. Di kampusku gedung fakultas ekonomi konon terkenal punya mitos yang horor. Banyak mahasiswa yang sudah mengetahui mitos itu, ditambah kalau malam hari lampu di gedung itu juga yang paling sedikit penerangannya. Cukup lama menunggu sendirian aku mulai merasa merinding setelah akhirnya kakakku muncul dengan motornya yang memecah kesunyian.
"Lama ya? maaf banget, tadi kakak habis dari toko buku", kata kakakku sambil memutar balik motornya.
"Iya nggak pa pa, cepetan yuk kak pulang. Serem nih sendirian", tukasku dan langsung naik ke motornya setelah mamakai helm.
"Kalo takut pegangan, aku mau ngebut nih biar cepet sampe rumahnya", suruh kakakku dan dia langsung tancap gas pol menembus malam.

**

Jumat keramat.
Pagi-pagi sudah mendapat siraman rohani dari pak Rudi. Gara-gara Bani berulah, pak Rudi langsung naik darah dan imbasnya satu kelas kena semprot. Senang kelas pak Rudi selesai, tapi sudah disambut oleh bu christin yang marah lagi karena nilai ujian satu kelas tidak ada yang dapat B. Aneh. Tidak kaget kalau ujian kemarin tidak ada yang nilainya bagus. Bu Christin kalau ujian selalu harus jawabannya sesuai dengan perspektif dia. Padahal di lembar soal terlulis jelaskan menurut pendapat anda.
Hari ini kuliahku hanya diisi dengan amarah para dosen. Alhasil selesai kelas, anak-anak kelasku langsung lari keluar kelas karena sudah saking suntuknya, dan yang palung bikin kaget adalah Daffa. Biasanya dia yang paling pendiam dan sabar, tapi hari ini dia jadi yang paling pertama lari keluar kelas setelah bel selesai berbunyi. Sontak hal ini langsung membuat satu kelas terkejut dan tertawa geli.
"Gercep amat Daff hahaha", cletuk Dodo geli.
"Udah panas kupingku denger amukan dosen hari ini", jawabnya polos dan membuatku tertawa geli sendiri.
"Eh iya Zha, denger-denger mau ada lomba mading antar fakultas ya?", tanya Rama.
"Heem, oh iya udah pada beli paket makanannya belum?', balasku.
"Aku udah sih", kata Rama mengangguk.
"Ayo kalian berdua pesen, dijamin enak kok", suruhku pada Dodo dan Daffa.
"Iya deh iya, ntar aku pesen", jawab Dodo.
"Ya udah aku duluan ya mau ke ruang jurnalistik dulu", pamitku pada Rama, Dodo, dan Daffa lalu dibalas dengan lambaian tangan.

Aku pergi ke ruang jurnalistik sendiri. Cukup jauh memang ditambah cuaca hari ini sangat panas. Sampai disana sudah ada kak Sandra, kak Rina, dan kak Valdo yang sedang merapikan baju yang akan dijual besok. Ku bantu mereka beres-beres sesuai meletakkan tas di meja dekat pintu. Sembari mengerjakan ini semua, kak Sandra juga membicarakan untuk lomba yang akan datang, dia sangat berharap lomba akan sukses dan anggota jurnalistik bisa bertambah banyak karena jurnalistik yang paling sedikit anggotanya. Meskipun mahasiswa di kampusku juga sedang disibukan dengan aktivitas menjelang UTS di akhir bulan November mendatang, dengan adanya lomba ini pasti bisa menambah semangat mahasiswa untuk UTS.

Cukup lama beres-beres untuk keperluan berjualan besok sabtu dan minggu, aku pergi ke gedung olah raga kampusku untuk menemui kakakku yang sedang ada jadwal tae kwon do. Berhubung aku masih belum diizinkan untuk siaran siaran radio dulu jadi aku punya banyak waktu luang. Suara anak-anak yang berteriak karena semangat berlatih sudah terdengar lantang sebelum aku masuk ke gedung olah raga. Benar saja, mulai dari yang berlatih fight sampai latihan ketangkasan biasa dilakukan dengan sangat semangat. Tidak heran kalau mereka sering menjuarai kejuaran bahkan sampai tingkat nasional. Aku duduk dikursi tribun bawah dekat anak-anak yang sedang istirahat, termasuk ada Daffa disana yang terlihat kelelahan.
"Capek Daff?", sapaku saat duduk disampingnya.
"Eh Zha, kapan kesini?", tanyanya bingung.
"Barusan aja hahaha"
"Oh, iya nih lagi capek. Tumben kesini?", katanya sambil mengelap keringatnya.
"Tadi pagi disuruh kakakku kesini, jadi ya nungguin dia deh", jawabku dan tak lama kakakku datang menghampiriku dan Daffa yang sedang ngobrol.
"Udah lama disini?", tanyanya.
"Nggak barusan aja, habis mandi keringet ato gimana sih kak?", balasku heran melihat kakakku yang badannya penuh keringat. "Nih bersihin dulu", suruhku dan menyodorkan tissu yang aku bawa.
"Makasi ya. Btw udah makan?"
"Belum sih"
"Nanti pulang nyari makan dulu ya"
"Iya"
"Ya udah kakak latihan lagi ya, Daff yok mulai lagi", ucap kakakku dan langsung kembali berlatih lagi diikuti Daffa yang berlari dibelakangnya.

**

"Kak, besok UKMku mau ngadain bazar di kampus, ntar mampir ya", pintaku pada kakakku sambil menghabiskan tahu gimbalku.
"Boleh, emang pada mau jualan apa?", tanyanya.
"Makanan sama baju sih"
"Ya udah besok aku kesana, dimana tempatnya?"
"Di lapangan deket gedung fakultas MIPA"
"Oh oke, deket lah itu dari kelasku, udah selesai makannya?"
"Udah kak"
"Ya udah aku bayar dulu, kamu tunggu dimotor", suruh kakakku dan langsung pergi membayar makanan.

Menembus udara dingin malam hari kota Semarang. Hampir sudah jam 8 malam tapi kami belum pulang ke rumah. Pasti di rumah ibuku sudah menunggu aku dan kakakku pulang ke rumah. Entah kenapa setelah pulang dari kampus, mood kakakku berubah jadi tidak seperti biasanya. Padahal menerut sepengetahuanku tidak ada masalah yang dia dapatkan tadi. Ingin bertanya tapi takut jika kena semprot dari dia. Diam. Itulah yang aku pilih, mungkin saat di rumah nanti baru ku tanyai.

Sesampainya di rumah aku langsung ke kamarku dan ganti baju. Penasaran. Hal yang aku rasakan sampai sekarang dengan kakakku. Ku putuskan untuk pergi ke kamarnya, mencari tahu mungkin saja moodnya juga sudah kembali baik.
"Kak Yan?", sapaku sambil membuka pintu kamarnya dan masuk ke kamarnya yang sedikit berantakan dengan berbagai kertas dan buku yang berserakan dilantai.
"Kenapa dek?", tanyanya dengan rambut acak-acakan yang membuatku kaget.
"Kak Yan kenapa kok daritadi unmood banget?"
"Lagi pusing aja mikirin tugas praktek buat besok sama masih ada deadline tugas banyak banget", jawabnya sambil garuk-garuk kepala. Aku ragu dengan jawaban kakakku yang menurutku mungkin dia berbohong soal keadaannya sekarang.
"Yakin kak?", kataku sambil menatap matanya. Sebagai mahasiswa psikologi, aku beruntung karena sempat diajari membaca ekspresi ditambah aku punya kelebihan bisa peka dalam membaca mata.
"Yakin banget, kenapa sih?"
"Nggak pa pa kak. Mau aku bantuin?", tawarku.
"Boleh dek", jawab kakakku setuju dan langsung ku bantu dia sampai larut malam.

**

Bazar berjalan dengan cukup baik sejauh ini. Banyak mahasiswa dan dosen yang berkunjung ke bazar UKM jurnalistik. Dengan ini anak- anak jurnalistik semakin semangat dan yakin kalau lomba mading nantinya akan berjalan baik. Aku membantu kak Aisyah, dan kak Rina dibagian keuangan sementara anak-anak yang lainnya saling membantu dibagian penjualan makanan dan baju. Melelahkan.

Menjelang jam 4 sore, aku memilih izin untuk pulang lebih dulu karena aku ada jadwal siaran radio. Berhubung kakakku sedang sibuk, jadi aku naik ojek online ke studio siaranku.
Sesampainya di studio siaran, aku langsung disambut oleh mbak Yulia yang senang aku biasa siaran lagi setelah sembuh dari sakitku. Pas banget studio sedang sepi, jadi aku bisa nyaman siaran setelah sekian lama libur. Berhubung hari ini aku siaran sampai malam, kakakku menungguiku sampai selesai siaran di studio siaranku. Sebenarnya aku tidak mau merepotkan dia, tapi karena dia memaksa jadi aku hanya bisa mengiyakan.
"Dek, laper nih!", teriak kakakku sambil mengetuk kaca studio siaran dan aku pun langsung keluar menemuinya.
"Mau pesen pake ojek online aja?", tanyaku.
"Terserah deh, sampe jam berapa kamu?"
"Sampe jam 9 kan hari ini, ya udah aku pesenin dulu. Mau makan apa?"
"Ayam geprek aja dek, yang level 5 kalo ada"
"Iya tungguin ya", kataku sambil memesan makanan lewat ojek online. "Ya udah aku masuk dulu mau siaran lagi", lanjutku dan dibalas dengan acungan jempol.
Sebenarnya aku juga lapar, tapi aku tahan karena nggak mau ngerepotin kakakku. 30 menit menuggu, akhirnya makanan pesananku datang. Jadi aku istirahat siaran dulu dan makan bersama kakakku.
"Makasi ya dek, besok aku ganti uangnya", ucap kakakku.
"Heem, nggak usah diganti juga nggak pa pa", jawabku sambil mengaduk nasi yang ada didepanku.
"Kok nggak dimakan? Nggak enak ya?", tanya kakakku heran.
"Mmm, iya ini aku makan", balasku dan langsung menyendokkan nasi ke mulutku.
Mendadak selera makanku hilang setelah membaca pesan broadcast yang masuk di grup angkatan kampusku. Aku jadi kepikiran dengan kejadian saat di kampus tadi siang. Ya kejadian itu. Kejadian yang sempat membuat heboh satu kampus sampai jadi bahan obrolan dimana-dimana. Kejadian yang menyita perhatian semua mahasiswa kampus.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

ICE CRIME (Chapter 11)

11. SECOND : JATUH DARI ATAS KENYATAAN -------------------------------------------------------------- Pagi ini kegiatan fun learning ...