Jumat, 13 Juli 2018

ICE CRIME (Chapter 9)

9. THE BEGINNING
------------------------------------------------------------

UTS hari pertama berjalan kurang baik. Pak Rudi sempat marah-marah dulu karena Bani ketahuan membawa contekan. Alhasil nilainya dikurangi dan terancam dapat C. Kasian. Sore ini, aku dan beberapa temanku memgadakan belajar bareng di taman fakultas psikologi. Kebetulan besok materi UTS adalah statistika, jadi pas banget kalau belajar bareng.

Pak Yosi terkenal kalau memberi soal ujian pasti ajaib. Sehingga hal ini yang membuat kita kebingungan. Kadang yang dipelajari apa tapi yang soal yang ada diujian apa. Menjengkelkan. Hampir semua buku statiska yang ada kami bawa dari perpustakaan kampus, termasuk pinjam dari anak jurusan statistika.
"Pusing yato lama-lama kalo gini, paling juga ntar soalnya beda semua", keluh Nurul.
"Husst jangan pesimis gitu lah, siapa tau pak Yosi besok dapet pencerahan kan", ujar Rama menasehati.
"Iya kalo kejadian, kalo nggak kan sama aja", tambah Angela kesal.
"Udah lah ya, kalo kita belajar kan toh paling nggak ntar ada yang tembus soalnya", kataku menengahi. 

*

"Kenapa jadi pusing gini ya", gerutu dalam hati. Ku sandarkan diriku dikursi belajarku sambil memijat kepalaku pelan. "Jadi haus gini, ke dapur ah bikin es teh", kataku dan segera pergi ke dapur.
"Gimana dek belajarnya? kok kusut men to", tanya ibuku saat aku masuk ke dapur.
"Aman kok, bu. Tadi di kampus juga udah belajar bareng sama temen", jawabku.
"Oh, ya wis dek istirahat dulu sana jangan diforsir tenagamu. Kalau suntuk ajak kakakmu keluar sebentar"
"Mau kemana? kan kak Yan lagi belajar juga, mana mau dia"
"Coba dulu", suruh ibuku dan ku jawab dengan anggukan penuh keraguan. Ku ketuk pintu kamar kakakku yang terkunci rapat, dan setelah ku ketuk dibukalah pintu itu.
"Ngapain?!", tukas kakakku ketus.
"Nggak jadi!", balasku ketus kembali. Ditariklah bajuku dan membuatku hampir terpleset jatuh ke belakang. "Kasar amat sih! heran aku"
"Lha tadi kamu kenapa? mau perlu apa?"
"Mau ngajak keluar, suntuk aku. Tapi kalo kak Yan nggak mau ya udah"
"Hmm, oke ayok keluar. Ganti baju sana", suruh kakakku.

*

Dinginnya udara malam menembus kulitku melalui jaketku. Sinar dan terang bulan ditambah dengan kelipan bintang yang semakin membuat malam ini indah. Kakakku berhenti disebuah taman dekat sebuah gereja. Taman yang indah dengan lampu kerlap-kerlip yang terikat dipohon.
"Dek, kakak mau cerita tapi kamu jangan marah ato kaget ya", kata kakakku halus.
"Ada apa nih? emang kenapa dulu kak?"
"Kalo kakak punya pacar gimana?", tanya kakakku ragu.
"Ha? maksudnya?"
"Iya kalo kakak punya pacar kamu nggak marah kan?"
"Enggak sih, emm tapi tergantung sih kak"
"Tergantung apanya?"
"Pacarnya kak Yan siapa dulu. Tapi kok kak Yan tiba-tiba ngomongin hal ini? kak Yan punya pacar nih jangan-jangan?!", kataku penuh keraguan. Ku pandangi wajah kakakku serius dan dia hanya mengangguk. "Serius kak punya pacar?!"
"Iya, nggak peka amat sih!", gerutu kakakku.
"Lah? kapan jadiannya? siapa pacarnya?", ujarku kaget.
"Kemarin sehari habis festival Jepang"
"Pacar kak Yan siapa?!"
"Ya tapi kamu jangan kaget"
"Iya iya! buruan ngomong jangan bikin kepo!"
"Fany". ucap kakakku singkat. Aku dibuat melongo dan kaget dengan pernyataan kakakku. Percaya nggak percaya. Ternyata temanku jadi pacar kakakku.

Kakakku menjelaskan kalau dia menembak Fany saat festival Jepang kemarin, tapi Fany baru memberi jawaban sehari setelahnya. Banyak pertanyaan yang menghantam dipikiranku saat ini. Rasanya tidak mungkin kalau semua tanda tanya diotakku ini ku keluarkan secara bersamaan. Kakakku hanya melempar tersenyum penuh misteri yang membuatku semakin penuh tanda tanya. Ku dekatkan wajahku ke wajahnya sebentar, tapi tetap saja aku tidak bisa menebak ekspresinya.
"Kak Yan serius!", ucapku penasaran.
"Iya serius, nggak percaya ya? sama kakak juga hahaha", jawab kakakku santai.
"Kak Yan ah nggak seru"
"Dibikin asik aja hahaha"
"Ya udah pajak jadiannya jangan lupa", pintaku.
"Hahaha, bokek nraktir kamu mulu"
"Tapi btw temen-temenmu tau kak?"
"Nggak lah, kita backstreet kok Dany aja nggak tau"
"Mantap kak! lanjutkan!!"
"Tapi kamu jangan bilang-bilang"
"Oke, tapi masih penasaran awalnya gimana"
"Besok aja aku ceritain ya hahaha", jawab kakakku sambil menyentil jidatku.

**

Pusing, gregetan, jengkel sendiri. Ujian statistika justru bikin kepala panas sendiri. Semua soal yang pak Yosi keluarkan beda jauh dengan buku yang dia biasanya pakai di kelas, dan buku yang aku pelajari dari perpustakaan dan anak statistika. Ingin berkata kasar tapi apalah daya hanya bisa meratapi soal yang sangat sulit. Entah pak Yosi sedang mengerjai mahasiswanya atau memang sengaja memberi soal sulit.

Satu kelas hanya bisa berdoa dan berharap agar nilai UTS statistika setidaknya bisa dapat B-, tapi itu mustahil. Yang unik lagi, lembar jawaban milik Bani bersih. Sangat bersih. Ku lihat hanya ada tulisan "Ngulang aja pak". Ingin tertawa tapi takut dosa. Rama dan Daffa yang biasanya juga santai saat mengerjakan soal ujian justru kebalikannya kali ini. Mereka kalang kabut sendiri, bahkan Rama sampai pucat karena saking stresnya. Aku yang biasanya juga jago kalau pelajaran hitungan, tapi kali ini hanya menjawab dengan feeling saja dan berharap nilaiku tidak jelek-jelek banget.

Dua jam ujian serasa disiksa habis-habisan. Aku dan teman-temanku sudah janjian berkumpul di kantin untuk membicarakan masalah pergi ke dieng saat libur seminggu habis UTS besok. Angela paling semangat kalau udah ngomongin soal hang out, apalagi kalau hang outnya ke luar kota.
"Jadinya besok pake mobilku nih?", tanya Dany.
"Lha mau gimana lagi, kalau pake mobilku ntar ujung-ujungnya kak Yan ikutan. Ribet ah ntar urusannya", jawabku.
"Masalahnya kan kalo pake mobilku doang nggak bakal cukup buat kita berdelapan", jawab Dany lagi. "Masak ya mau pake motor?"
"No no! kalo pake motor aku abs", sahut Tasya segera. "Kalo pake motor, ujung-ujungnya ntar ribet, bakal tunggu-tungguan lah, ato apalah"
"Ya udah gini aja, aku usahain pinjem mobilnya kakakku tapi kalo ntar dia ikut gimana?", tuturku ragu.
"Nggak pa pa, Zha. Tambah rame kan, jadinya ada yang bisa jagain kita juga", balas Fany senang. Ku lihat ada sesuatu yang berbinar-binar di wajah Fany.
"Nah bener tuh si Fany, kan itung-itung kita punya bodyguard juga disana hahaha", cletuk Dodo. Disitu aku hanya bisa menghela nafas dan mengiyakan permintaan teman-temanku.
"Temen-temen, kalo aku nggak ikut aja gimana? Aku takut jadi beban", ucap Dewa.
"Ikut aja, nggak bakal jadi beban kok. Lagian siapa yang mau usil disana", tukas Angela meyakinkan Dewa. "Kalo kamu nggak ikut, nggak rame ntar"
"Iii..iyaa udah deh kalo dipaksa", jawab Dewa terbata-bata.
"Ngomong-ngomong kita mau nginep dimana besok kalo disana?", tanya Daffa pada Dany yang sedang bermain game dihp.
"Emmm, ada sih villanya keluargaku disana. Nginep disana aja hahaha", balas Dany. "Palingan disana kalo sampe tinggal beres-beres dikit aja, ya kan dek?"
"Huum, santai pokoknya, tapi disana Cuma ada 3 kamar doang, jadi ntar maaf ya kalo missal ada cowok-cowok yang boboknya diluar", tambah Fany.
"Nggak pa pa, kalo kakakku ikut biar dia yang diluar jadi satpam hahahaha", sahutku lalu tertawa puas dan dibalas Fany dengan tatapan tajam.

*

Sore ini, di kampusku sudah sangat sepi karena memang semua UKM diliburkan dan mahasiswa pulang siang saat UTS. Tapi yang menarik perhatianku adalah anak sepak bola yang masih semangat berlatih untuk turnamen sepak bola antar kampus bulan Januari besok. Sebagai kapten, kakakku juga dituntut untuk kerja ekstra supaya team sepak bola kampusku bisa menang.

Aku disuruh menunggunya selesai berlatih dilapangan sepak bola kampusku. Lapangan yang sangat luas bahkan melebih lapangan sepak bola pada aslinya, karena memang lapangan ini sering digunakan untuk acara yang berskala besar dengan jumlah peserta yang banyak. Tapi anehnya, Fany ikut menemaniku menunggu pacarnya yang sedang berlatih.
"Habis ini aku selesai dek setengah jam lagi ya", kata kakakku saat menghampiriku dan Fany di tepi lapangan dengan baju yang dilepas dan badan penuh keringat. "Kok kesini sih ay?"
"Nggak boleh ya? Ya udah aku pulang sekarang", balas Fany cemberut.
"Eh jangan, disini aja nemenin adek ipar hahaha"
"Kating sayang, bajunya dipake dulu ih. Jorok tau diliatnya", suruh Fany sambil menarik jersey kakakku dari pundaknya.
"Nggak pa pa gini aja, biar tambah sexy hahaha. Lagian kan badanku bagus, jorok darimananya coba", timpal kakakku. "Palingan kamu juga suka kan"
"Kak! Cewek itu, gila ya", sahutku jengkel melihat tingkah kakakku yang aneh.
"Apa to dek, iri ya sama badanku hahahaha"
"Nggak lah, udah cepetan tuh dipake bajunya ogeb! Malu sama pacar!", gertakku.
"Pake aja ay", suruh Fany halus.
"Iya iya manis", balas kakakku dan memakai jerseynya lagi. "Udah nih, jangan cemberut lagi ah, manisnya ilang ntar, senyum dulu sini biar aku tambah semangat", rayu kakakku dan dibalas Fany dengan senyuman lalu memberikan sapu tangan untuk membersihkan keringatnya.

Aku merasa jadi obat nyamuk saat Fany dan kakakku pacaran didepanku. Nasib jomblo. Setengah berlalu dengan cepat. Selesai latihan, kakakku mengajak Fany pulang bersama karena kebetulan Dany sudah pulang duluan, ditambah hari ini kakakku bawa mobil. Tetap saja hal ini cukup menjengkelkan bagiku. Aku disuruh duduk dibelakang sambil memperhatikan dua orang sedang pecaran didepanku. Hari yang menyebalkan.
 
**

Hari keempat UTS, dan itu artinya kurang dua hari lagi penderitaanku akan berakhir. Setidaknya sedikit demi sedikit aku bisa bernafas lega menggitkan dua hari kedepan UTS tidak terlalu berat. Psikologi dasar, dan psikologi sosial. Ya, dua makul yang tidak harus banyak berpikir, dan cukup mengandalkan logika saja. Tapi anehnya hari ini Dodo memintaku untuk mengajari beberapa materi psikologi sosial yang dia masih belum paham karena dia sering tidak masuk saat jam makul psikologi sosial.

Kami berdua belajar diperpustakaan, dan untuk yang ketiga kalinya perpustakaan kampus jadi ramai mahasiswa yang berkunjung. Bahkan beberapa mahasiswa yang tidak pernah menginjakkan kakinya diperpustakaan saja bisa ada disini. Semua karena UTS, mahasiswa bandel jadi tobat dadakan. Lucu.
"Zha, besok berangkat bareng mau nggak? Soalnya motorku lagi rusak nih", pinta Dodo disela-sela sedang menghafalkan ringkasan materi yang aku buat.
"Boleh, mau tak jemput jam berapa?", tanyakku balik.
"Jam 8 aja, kan kita besok ujiannya siang"
"Ya udah, ntar aku bilang kak Yan berangkat sendiri", kataku setuju.
"Eh iya, ngomong-ngomong udah denger gossip baru belum?"
"Gossip apaan?"
"Soal kak Roby"
"Ngapa lagi dia?", tanyaku semakin penasaran.
"Beneran nggak tau nih?", kata Dodo kaget. "Kirain kak Bryant udah cerita ke kamu"
"Apa sih? Jangan bikin kepo"
"Jadi gini, kemaren baru aja kak Roby katanya nih sifatnya jadi aneh gitu. Dia tau-tau kayak minta maaf sama orang-orang yang udah pernah dia bully gitu sama kadang kayak orang ketakutan sendiri", jelas Dodo dan semakin membuatku bertanya-tanya dengan apa yang sebenarnya terjadi.
"Berarti ke Daffa, Dewa, sama kakakku juga?", tanyaku memastikan dan Dodo hanya mengangguk menandakan hal itu benar. "Udah belum, kalo udah ke tempat kakakku sekarang, aku nanyain ke dia"
"Udah, ya udah yok kesana"

Aku dan Dodo pergi ke lapangan tempat kakakku berlatih sepak bola. Yang pasti ingin memastikan soal apa yang Dodo ceritakan. Diperjalanan, Dodo juga mengatakan kalau kabar soal kak Roby ini sudah jadi hitz di kampusku, bahkan sudah sampai ke telinga dosen. Kebetulan, aku bertemu dengan Daffa di aula dekat lapangan. Ku tanyakan tentang apa yang Dodo katakana padaku barusan, dan ternyata Daffa juga mengiyakannya. Kak Roby tadi pagi baru saja menemuinya dan meminta maaf padanya karena pernah membully dia dulu.

Akhirnya ku ajak Daffa ke tempat kakakku. Waktu yang tepat. Sampai di lapangan, ternyata anak sepak bola sedang istirahat. Ku cari kakakku, dan ku temukan dia sedang duduk sendiri dibawah pohon. Aku dan teman-temanku lantas menghampirinya dan sempat membuatnya kaget dengan kedatangan kami yang tiba-tiba.
"Dapanih rame-rame kesini?", Tanya kakakku sambil mengelap kerigatnya.
"Kak, aku mau nanya, kak Roby nemuin kakak nggak?", tanyaku langsung.
"Iya tadi pagi. Kenapa emang?", balas kakakku singkat. Ku ceritakan apa yang Dodo ceritakan tadi pada kakakku. Kakakku terkejut kenapa kabar itu bisa tersebar begitu cepatnya. Kakakku juga mengatakan hal yang sama seperti yang Daffa alami, bahkan katanya sampai kak Roby berlutut didepan kakakku.
"Jadi kak Bryant tau kenapa dia kayak gitu?", Tanya Dodo.
"Nggak tau juga aku, kan parno juga waktu dia tau-tau berlutut dikakiku mana itu didepan kelasku lagi", ucap kakakku bingung.
"Kira-kira Dewa gimana kak?", Tanya Daffa.
"Nah itu Daff, aku juga penasaran sama Dewa. Padahal kan Dewa yang paling disiksa habis-habisan sama dia", kata kakakku. "Ya ambil hikmahnya aja lah, mungkin aja dia berubah"
"Iya juga sih kak, tapi aneh aja", jawabku masih bingung.
"Udahlah nggak usah terlalu dipikir, pulang duluan sana dek kalo kelamaan. Soalnya kakak masih lama pulangnya"
"Ya udah aku pulang duluan kak"

*

Dirumah, aku terus memikirkan soal kejadian kak Roby. Aku termasuk tipe orang yang kalau udah kepo, bakal nglakuin apa aja biar rasa kepoku terjawab semua. Entah itu nantinya bakal jadi boomerang buatku sendiri atau tidak.

Sambil tiduran, aku terus bertanya pada diriku sendiri tentang apa yang membuat kak Roby tiba-tiba seperti itu. Pikiranku mendadak kacau sendiri karena terlalu kepo dengan hal yang sebenarnya juga bukan urusanku.
"Mikirin apa sih?", Tanya kakakku yang tiba-tiba masuk ke kamarku tanpa mengetuk pintu.
"Nggak mikirin apa-apa", jawabku singkat.
"Nggak usah bohong, kakak hafal banget sama sifatmu"
"Hhhh", desahku menghela nafas. "Lagi mikirin kejadiannya musuhmu itu"
"Hahaha, ngapain dipikir sih, nggak penting tau! Mending mikirin tuh besok ujianmu gimana", ucap kakakku dan lalu tiduran disebelahku. "Kakak bobok disini ya dek, semalem aja"
"Lah kenapa?!"
"AC dikamarku bocor, gerah ntar mana kipas angin juga rusak. Jadi disini dulu ya"
"Hmmm", jawabku berdehem. "Udah ah mau tidur, ngantuk"
"Ya udah kakak juga mau tidur", sahut kakakku yang langsung tertidur pulas sambil memeluk gulingku.
Dulu aku paling senang kalau tidur bareng kakakku, tapi sekarang rasanya nggak pengen tidur bareng dia. Satu hal membuatku malas tidur dengan dia. Suara dengkurannya yang keras dan berisik. Terpaksa aku harus menutup telingaku bantalku supaya suaranya tidak terdengar keras. Pengap tapi mau bagaimana lagi. Malam ini tidurku tidak akan tenang.

**

Seperti janjiku kemarin, aku dan Dodo berangkat bersama ke kampus. Dodo bercerita padaku, kalau semalam Dewa menelfonnya dan cerita kalau kak Roby juga meminta maaf padanya sampai berlutut dikakinya. Sama seperti yang dilakukan pada kakakku. Aku semakin merasa ada yang aneh dengan kak Roby. Aku berusaha tetap focus karena sedang menyetir motor dan berusaha berpikir positif.
Sesaat setelah sampai dikampus, banyak mahasiswa yang heboh sendiri. Ku amati baik-baik, ternyata para mahasiswa pergi ke gedung fakultas ekonomi. Karena jam ujianku masih 45 menit lagi, aku dan Dodo langsung ikut lari ke gedung fakultas ekonomi karena penasaran ada kejadian apa. Ku ikuti arah semua anak berlari. Mereka berlari ke arah kelas manajemen. Dari sini aku sudah mendapat perasaan yang aneh.

Area kelas manajemen sangat ramai. Kerumunan mahasiswa dan juga beberapa dosen fakultas ekonomi ada disini. Aku dan Dodo sebisa mungkin berusaha masuk menembus lautan manusia yang rapi berbaris. Beruntung kami berdua bisa sampai didepan salah satu kelas manajemen. Betapa terkejutnya aku saat melihat apa yang sedang terjadi didepan mataku. Sesuatu yang sangat mengagetkan. Mendadak aku merasa mual. Hampir semua bagian tubuhku merasa lemas. Seluruh tubuh merinding, sangat merinding. Serasa tidak percaya dengan apa yang aku lihat sekarang didepanku. Seseorang yang gantung diri, tepat dibawah kipas angin langit-langit dengan posisi kipasnya yang masih menyala sehingga orang itu ikut berputar mengikuti arah putaran kipas angin.
Kak Roby. Dia tewas tergantung. Matanya masih terbuka lebar dengan lidah yang menjulur keluar melalui rongga mulutnya dan tubuhnya yang berputar searah dengan kipas angin.

Sangat pilu melihat keadaan mayatnya yang mengenaskan. Bahkan beberapa mahasiswa perempuan pun sampai tidak kuat jika harus melihat mayat kak Roby itu. Salah seorang dosen terdengar sedang menelfon polisi untuk melakukan evakuasi mayatnya. Sepintas ada berbagai macam spekulasi yang muncul diotakku. Apakah ini pertanda yang kak Roby lakukan dari kemarin? Meminta maaf pada semua orang yang pernah dia sakiti, dan pada akhirnya dia memilih untuk bunuh diri di kampus.
Tak butuh waktu lama, polisi langsung datang di kampusku dan mengevakuasi mayat kak Roby yang mengenaskan itu. Kakakku yang datang melihat juga tidak percaya dengan kejadian ini. Akhirnya kegiatan kampus untuk sementara waktu dihentikan, dan jadwal UTS otomatis mundur karena terjadi insiden yang tak terduga di kampus.

Mungkin ini adalah kasus pertama dan yang paling memilukan yang terjadi di kampusku. Kasus gantung diri. Polisi pun melakukan olah TKP dan dengan terpaksa semua mahasiswa harus pergi dari area kelas manajemen.

Seketika Universitas Bhakti Mulia menjadi gempar. Baru satu jam kasus terjadi, tapi kabar gantung diri kak Roby sudah menyebar dan viral hingga ke sosmed. Bahkan sempat ada wartawan Koran yang ingin meliput kasus ini datang ke kampusku. Masih terbayang jelas dikepalaku bagaimana mayat kak Roby tadi. Bahkan sampai sekarang pun aku masih merasa sangat lemas.

Kantin menjadi sangat ramai, dan seluruh mahasiswa membicarakan soal kasus meninggalnya kak Roby yang tragis. Ada yang menanggapinya dengan serius, bahkan justru ada yang sampai tidak peduli dan berkata bahwa itu karma yang kak Roby terima atas perbuatannya. Entah ada apa yang terjadi hingga kejadian memilukan ini bisa muncul. Ku sandarkan badanku dibadan kakakku, dan berusaha untuk tidak mengingat hal tadi.
"Jangan terlalu dibayangin dek, ntar kamu nggak bisa tidur", saran kakakku sambil menepuk-nepuk punggungku. Kakakku tahu kalau aku paling parno pas liat begituan apalagi darah.
"Kok bisa sih si Roby gantung diri kayak gitu?", kata kak Al heran. "Saking stresnya kalik ya Yant"
"Mungkin sih. Aku aja nggak percaya waktu liat mayatnya tadi", jawab kakakku.
"Apa jangan jangan dia udah nggak kuat lagi kalik ya nahan rasa bersalahnya. Kan dari dulu dia sering banget bully junior disini sampe dulu ada yang masuk rumah sakit segala", ucap kak Al.
"Ya nggak tau lah, udah jangan bahas orang yang udah meninggal, nggak baik", tukas kakakku lalu menghela nafas dan memandang ke langit yang semula cerah menjadi mendung.

Suasana kampusku masih tidak kondusif. Para polisi masih melakukan penyelidikan sampai tuntas soal kasus gantung diri kak Roby.

Aku dan teman-temanku berkumpul dikatin dan membicarakan soal kak Roby. Sebenarnya aku malas membicarkannya tapi karea mulut Angela yang memulai, jadi semua ikut membicarakannya. Aku hanya takut terbayang lagi kondisi mayat kak Roby tadi.
Tak lama Tasya datang setelah dari kelasnya. Dia tampak tergesa-gesa, dan ekspresinya seperti ada yang ingin diungkapkan.
"Kenapa, Sya?", tanya Dewa dan menyuruh Tasya duduk disampingnya.
"Gaes, aku ada kabar baru nih", kata Tasya terengah-engah.
"Santai Sya, ambil nafas dulu", sahut Daffa.
"Tadi waktu aku habis dari kelas, aku nggak sengaja denger ada polisi yang ngomong ke dosen tapi nggak tau siapa, katanya polisi itu mereka nemuin ada surat yang ada dilaci mejanya kak Roby", jelas Tasya dan sontak kami semua kaget dan percaya tidak percaya.
"Surat?", tanya Dewa.
"Iya surat, jadi kalo tadi aku nggak salah denger surat itu isinya kayak semacam permintaan maaf gitu sama ada ungkapan penyesalan. Awalnya dosen itu sempet nggak percaya, tapi akhirnya dia percaya waktu dikasih liat surat itu", jelas Tasya lagi. "Dosen itu juga sempet bilang tadi kalau tulisan disurat itu tulisannya kak Roby terus dia percaya"
"Hah? Kok bisa gitu? Berarti intinya kak Roby bener-bener bunuh diri?", tanya Angela dan Tasya mengiyaka pertanyaan Angela.

Surat. Surat terakhir pertanda kematian kak Roby. Surat tanda penyesalannya.
Aku sempat berpikir dengan yang Tasya katakan tadi. Tapi semua sudah terungkap kalau kak Roby meninggal bunuh diri. Tetap saja ada yang mengganjal dibenakku, melihat kematiannya yang menurutku sedikit tidak wajar.
Apa benar kak Roby bunuh diri?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

ICE CRIME (Chapter 11)

11. SECOND : JATUH DARI ATAS KENYATAAN -------------------------------------------------------------- Pagi ini kegiatan fun learning ...