8. NEW FRIEND
--------------------------------------------------------------
**
--------------------------------------------------------------
Badai emosi berkecamuk
dipikiranku dan diriku. Kakakku terus membrondongiku dengan banyak
pertanyaan dan semakin mendesakku. Ingin jujur tapi takut. Tapi aku juga
tidak mungkin terus menyembunyikan hal ini. Mau tidak mau akhirnya aku
berkata jujur pada kakakku dan menceritakan semua kejadian yang aku
alami kemarin. Kakakku sempat ingin menemui kak Roby dan menghajarnya,
tapi ku tahan karena bisa tambah runyam nanti masalahnya.
Malam yang berat.
**
28 Oktober 2017
Lomba mading antar
fakultas berjalan lancar sekali. Semua fakultas di kampusku saling adu
kreativitas. Mulai dari fakultas teknik, MIPA, psikologi, ilmu budaya,
ekonomi, ilmu sosial, dan hukum, semuanya kompak. Dari awal perlombaan,
tidak hanya mahasiswa saja yang ikut tapi para dosen juga ikut membantu
supaya fakultas yang dia dampingi bisa jadi juara.
Di akhir perlombaan
fakultas ilmu budaya berhasil keluar menjadi juara. Meskipun begitu, hal
ini tidak mengurangi rasa kekeluargaan semua warga kampus. Semua anak
jurnalistik merasa senang dan bangga dengan lomba yang sukses besar,
padahal dengan persiapan yang hitungannya singkat. Seperti janjinya jika
lomba sukses, kak Sandra langsung mengajak kami semua makan malam
bersama untuk ngerayain ini semua.
"Jangan lupa ya nanti jam 7 malem ketemuan bareng di cafe deket kampus", ajak kak Samdra sekaligus mengingatkan.
"Siap bu ketu!", sahut kak Valdo paling semangat.
"Kak Sandra, aku nggak ikutan dulu buat malem ini", izinku pada kak Sandra.
"Loh kenapa Zha?", tanya kak Sandra.
"Aku hari ini ada acara keluarga sih kak, sebenernya nggak enak juga mau ngomongnya", jawabku bingung.
"Yah nggak full team
dong, tapi ya gimana lagi sih kalo udah menyangkut keluarga. Ya udah
nggak pa pa Zha", balas kak Sandra yang mendadak tidak semangat.
"Maaf banget ya kak, maaf ya semua", ucapku meminta maaf. "Ya udah aku pamit duluan kak, takut kemaleman sampe rumah", pamitku.
*
"Udah lama juga kita nggak kumpul bareng gini", kata Ayahku.
"Ayah sih sibuk mulu sama ibu juga. Bosen tau tiap ayah sama ibu pergi ke luar kota, aku sama kak Yan mulu", sahutku.
"Hhhh dasar bocah", gerutu kakakku sambil menjitakku pelan.
"Satu ya kak, ntar jitak lagi siap-siap ada yang bocor", ancamku halus dan langsung membuat kakakku kalang kabut.
"Apaan sih, nggak di rumah nggak di luar berantem terus", tukas ibuku.
"Nggak berantem kok bu, bercanda doang tadi tu. Ya nggak dek?", kata kakakku salting.
"Bercanda nggak ya?", balasku menggoda.
"Hayo nih mesti ada yang ditutup-tutupin ya kalian?", tanya ibuku. "Kenapa Zha sama kakak?"
"Hihihi, nggak ada apa-apa kok bu. Bercanda tadi sama kak Yan", jawabku sambil tertawa.
"Kan bercanda doang tadi tu", sahut kakakku lega.
Malam ini benar-benar
quality time banget bareng keluargaku. Jarang banget kumpul bareng
seperti sekarang karena orang tuaku juga sibuk bekerja dan sering ke
luar kota. Biarpun cuma semalam, tapi rasanya sangat hangat.
**
Bulan November.
Bulan petaka bagi
mahasiswa karena sebentar lagi UTS tiba. Tidak hanya UTS tapi acara
fesitival budaya jepang yang terbuka untuk umum juga akan diadakan di
kampusku sebentar lagi. Kakakku dan Dodo paling semangat kalau ada acara
seperti ini. Salah satu yang paling menarik perhatian dari acara ini
adalah lomba cosplay antar mahasiswa kampus. Mengetahui hal ini, kakakku
langsung mengajak Dodo untuk ikutan lomba cosplay yang ternyata
syaratnya harus team. Entah ada angin apa, tiba-tiba kakakku mengajakku
dan teman-temanku kumpul bareng. Dugaanku pasti untuk lomba cosplay ini.
"Zha, tumben kak Bryant ngajakin kita kayak gini?", tanya Tasya heran.
"Liat aja ntar", jawabku singkat.
"Thanks ya kalian udah
dateng. Jadi gini sih, aku sama Dodo kan ikutan lomba cosplay tapi
syaratnya itu cosplaynya harus anime yang sama dan team minimal 6
orang", jelas kakakku santai.
"Terus kak Yan mau kita ikutan juga gitu?", potongku.
"Nih anak emang pinter! Mirip abangnya!", jawab kakakku PD. "Kalian mau kan? nanti urusan kostum gampang", pinta kakakku.
"Ya bantuin ya", tambah
Dodo dan mau tidak mau teman-temanku menerima itu semua karena tidak
enak untuk menolaknya. Biasanya Angela bakal jadi yang paling cerewet
kalau ikut acara seperti ini, tapi kali tidak justru Fany yang paling
parno sendiri.
"Besok aku kabarin buat
kostumnya tapi yang pasti kita bakal jadi karakter di anime Boruto yang
agak sedikit nggak ribet kostumnya", kata kakakku.
"Terus ntar kita jadi apa kak?", tanya Dany bingung.
"Iya juga ya, kenapa gak kita bagi sekalian aja kak karakternya jadi besok gampang nyari kostumnya", tambah Dodo menyarankan.
"Oke deh, kalo aku kan
udah punya kostumnya Sasuke emm, dek kamu jadi Mitsuki ya, Dodo jadi
Borutonya aja ya, Daffa jadi Inojin, Dany jadi Shikadai, Angela kamu
jadi Sumire, terus Tasya jadi Namida, Fany kamu jadi Sarada ya", jelas
kakakku menginstruksikan. "Ntar aku juga ngajak Aura sama Al biar tambah
rame lagi"
Cukup lama kami ngobrol
soal hal ini. Sedikit membosankan memang, apalagi nantinya juga kita
harus pake kostum yang biasanya gerah dan harus pake rambut palsu yang
bikin gatal kepala. Aku cukup trauma ikut acara cosplay karena pernah
pakai kostum yang ribet dan panas.
Mendung sudah menyambut
pagiku hari ini, pertanda sang hujan akan segera datang. Hari ini semua
dosen sibuk menyiapkan mahasiswanya untuk UTS. Suntuk rasanya setiap
hari harus bergumul dengan materi yang bikin pusing, ditambah sering
banyak quiz dadakan dari dosen. Aku hanya berharap supaya bulan ini
cepat berlalu, agar penderitaanku cepat hilang.
Siang ini hujan turus
sangat deras, dan karena cuaca ini mengharuskan semua orang berdiam di
kampus sampai cuaca cerah. Sambil menunggu hujan reda, aku memilih
mengerjakan tugasku di perpustakaan. Sekilas aku melihat anak yang ku
tolong waktu itu. Dia berjalan dilorong sendirian. Sepertinya dia dari
arah aula kampus. Tak mau kehilangan jejaknya, aku langsung berlari ke
lorong dan mengejarnya. Beruntung dia belum jauh dan aku berhasil
mengejarnya.
"Hai!", sapaku padanya sesaat setelah berada didepannya.
"Maaf saya buru-buru", jawabnya kaku.
"Eeeh tunggu bentar,
kita belum kenalan kemaren. Kenalin aku Zha anak psikologi", kataku
mengenalkan diri namun hanya dibalas anggukan darinya lalu pergi lagi.
"Eh tunggu!", teriakku padanya tapi tak dharaukan sama sekali.
Gagal lagi. Sepertinya
dia anak yang sangat pendiam tapi satu hal yang pasti aku sempat
mengenali logo dari jas universitas yang dia pakai. Logo fakultas ilmu
sosial. Setidaknya rasa penasaranku sedikit terbayar dengan tau dia dari
fakultas ilmu sosial.
Sudah cukup lama hujan
terus mengguyur. Semakin membuatku harus terjebak di kampus. Hujan deres
seperti ini selalu membuatku teringat dengan memori-memori masa kecilku
dulu. Selalu geli sendiri jika mengingat saat itu.
*
Hari ini Semarang
diguyur hujan seharian daro pagi sampai sore. Sepertinya langit sedang
bersedih hari ini. Sore ini aku dan Dodo dibuat sibuk dengan kostum
untuk lomba cosplay. Kebetulan semua kostum yang dipesan kakakku ada
semua. Kakakku dan teman-temanku yang lain sedang perjalanan menyusulku
dan Dodo. Sambil menggu, aku menceritakan ke Dodo soal pertemuanku
dengan anak yang ku tolong saat itu. Dodo sempat mengatakan untuk
mencari tahu anak itu lewat bagian tata usaha, tapi aku ragu cara itu
akan berhasil. Rasa penasaran semakin menghantui. Niatku baik, hanya
ingin berteman dengan dia.
"Zha, kamu yakin dia anak ilmu sosial?", tanya Dodo memastikan.
"Iya yakin, masak ya bohong sih aku", jawabku.
"Apa mau aku suruh temenku yang anak jurusan sosiologi buat nyariin dia?", tawar Dodo.
"Boleh deh, tanyain ya", kataku setuju. "Dany sama yang laen udah sampe mana?"
"Tadi Fany sms bilang kira-kira 5 menit lagi nyampe, soalnya mobilnya kejebak macet"
"Oh oke deh"
Setelah menunggu cukup lama, Dany dan temanku yang lain datang.
"Kak Bryant belum disini?", tanya Tasya.
"Belum, katanya sih tadi
ada urusan terus pergi lagi. Aku telfon juga nggak diangkat daritadi",
jawabku. Mendadak perasaanku tidak enak. Seperti ada suatu firasat yang
muncul tiba-tiba.
"Kamu nggak mau nyariin dia?", tanya Fany khawatir.
"Mau naik apaan? kan aku gak bawa motor mana itu masih gerimis juga", ucapku.
"Naik mobilku nih", kata Dany sambil menyodorkan kunci mobilnya.
"Hhh, aku nggak bisa
bawa mobil", gerutuku. Tiba-tiba ada nomor tak dikenal menelfonku dan ku
angkat telfon itu karena penasaran.
"Halo?", sapaku dari balik telfon.
"Halo Zha! Ini aku Aura,
kamu cepetan kesini ke jalan deketnya SMP Nusa. Bryant lagi berantem
lagi sama Roby", sahut kak Aura panik.
"Kok bisa?! ya udah kak aku kesana sekarang", kataku langsung menutup telfonku.
"Eh kenapa Zha?!", tanya Angela.
"Aduh ribet nih, kak Yan lagi berantem sama kak Roby lagi, aku mau nyusulin dia ke SMP Nusa", kata panik.
"Ya udah aku anterin sekarang cepet yok", tukas Dany.
"Aku ikut ya", tambah Daffa dan kami langsung pergi.
*
Benar saja, kakakku
sedang dikroyok oleh gerombolan kak Roby. Satu lawan empat. Aku langsung
keluar mobil dan ingin membantu tapi kak Aura langsung menahanku
setelah tahu aku datang.
"Kok bisa berantem lagi sih kak?", tanyaku panik.
"Si Roby tuh yang mulai
ngajak ribut. Tau-tau nyamperin Bryant terus nggak tau diomongin apa
langsung gitu deh", jelas kak Aura. Baru sebentar aku sampai, kak Roby
tiba-tiba pergi diikuti dengan gerombolannya. Tanpa pikir panjang ku
datangi kakakku yang tangan dan wajahnya merah-merah.
"Kak Yan nggak pa pa?", tanyaku mengecek kondisinya.
"Nggak pa pa santai aja, nggak sakit ini", jawab kakakku santai.
"Yan, itu di mulutmu ada darah dikit, nih bersihin dulu", kata kak Aura menyodorkan tisu dan langsung diambil olehnya.
"Kamu kok disini dek?",
tanya kakakku bingung dan aku langsung memberi kode dengan menunjuk kak
Aura. "Jangan bilang ke ayah sama ibu ya dek", pinta kakakku dan ku
balas dengan anggukan.
**
Festival budaya Jepang
dimulai dengan upacara pembukaan yang meriah. Aku juga baru ingat kalau
aku juga punya tugas untuk meliput acara yang berlangsung selama 3 hari
ini. Mulai dari live music, lomba cover dance, bazar, lomba cosplay, dan
lomba lainnya yang bertajuk budataya Jepang semuanya ada disini.
Meriah.
"Semuanya tetep disini ya, ngadem dulu aja aku mau kesana sebentar", suruh kakakku.
"Zha, ini kostum karakternya siapa sih?", tanya Fany bingung.
"Oh ini kostumnya
Sarada, dia itu anaknya Sasuke, itu lho yang dipake kakakku", jelasku.
Mendadak Fany tertunduk dan mukanya memerah.
"Kenapa si Fany?", bisik Tasya padaku.
"Baper lagi", bisikku balik.
"Temen-temen kita disuruh kumpul dideket panggung utama", kata kakakku dan kami langsung pergi ke panggung utama.
"Fan, kamu kenapa lagi?", tanyaku pada Fany yang berjalan lemas.
"Gak pa pa", jawabnya singkat.
"Hei, kok diem aja sih?", sahut kakakku yang tiba-tiba berdiri disamping Fany.
"Eeh kak Bryant. Anu... enggak kok", balas Fany salting.
"Bajunya nggak nyaman ya?"
"Nyaman kok kak"
"Yang bener? tapi kok cemberut sih? senyum dulu dong", godanya pada Fany.
"Kak Yan apaan sih?!", bisikku sambil menyikut kakakku.
"Kepo amat sih kamu dek, nggak peka amat", bisik kakakku balik
"Nggak peka?", kataku heran.
"Iya nggak peka!",
ucapnya kesal. "Ya udah yuk Fan, jalan bareng aku aja", lanjutnya lalu
menggandeng tangan Fany dan membuat Fany semakin salting.
Sebentar saja, saat
kakakku menggandeng Fany langsung menjadi pusat perhatian banyak orang.
Dany yang berada didepan Fany dan kakakku hanya bisa melongo dan
bingung. Aku jadi malu sendiri melihat tingkah kakakku yang tidak biasa
itu. Fany hanya bisa menurut saat tangannya dipegang kakakku. Aku sempat
berpikir, apa jangan-jangan kakakku habis kesurupan atau kena sesuatu.
"Bryant nggak salah tuh, Zha?", tanya kak Al heran.
"Nggak tau, anggep aja nggak kenal sama dia", gerutuku sengit.
"Hahaha, jahat banget sama kakak sendiri", balas kak Al geli.
"Bodo amat, bikin malu aja sih", kataku.
"Zha, kalo sampe adekku ntar nggak bisa tidur kamu tanggung jawab", sahut Dany dari belakangku.
"Kok aku?", sahutku balik. "Kan kakakku yang ngelakuin"
"Ya mana mungkin kan aku marah ke kak Bryant, yang ada aku dihajar ntar"
"Terserah deh"
Didepan panggung utama
sudah berjajar team-team yang ikut lomba cosplay termasuk teamku ini.
Ada 7 team dengan karakter anime yang berbeda-beda. Juri mulai menilai
dari kemiripan cospalay karakter yang kami peragakan, sampai detail dari
kostum yang dipakai. Penilaian berlangsung cukup lama, kurang lebih
hampir 20 menit.
Setelah penilaian
selesai, kami harus menunggu hasilnya dua jam lagi. Sembari menunggu,
aku dan teman-temanku langsung diserbu oleh pengunjung yang ingin
berfoto bersama. Rata-rata pengunjung yang datang disini adalah para
penggemar anime-anime. Angela yang semula tidak semangat, mendadak
semangat saat dimintai foto bareng. Daffa yang awalnya pendiam dan
lempeng, juga mendadak jadi doyan banget gerak apalagi waktu diajak Dany
nemuin cosplayer cantik dari jurusan Bahasa Jepang.
Aku, Dodo, dan Tasya duduk dikursi bawah pohon yang rindang sambil beristirahat. Melihat banyak orang berlalu Lalang, ber-selfie
ria, dan seneng-seneng. Entah kemana perginya kakakku yang sudah tak
terlihat batang hidungnya, bahkan aku tak melihat Fany juga.
"Haus nih, nyari minum yuk", ajak Tasya.
"Yok, ikut nggak Zha?", balas Dodo dan langsung ku balas dengan anggukan.
Kami bertiga pergi ke tempat bazar yang tak jauh dengan tempat kami istirahat tadi.
"Gimana kostummu, Sya?", tanya Dodo.
"Nyaman banget, untung nggak perlu pake wig kan, jadinya oke deh hahaha", jawab Tasya senang. "Lha kalian gimana?"
"Risih pake wig beginian aku, untung aja udah ada jaminan dari kakakku", kataku kesal sendiri,
"Emang kak Bryant ngasih apaan?"
"Uang jajannya seminggu ini hahahaha", ucapku geli.
"Jangan ditiru, Sya. Itu aja kak Bryant mau kalo nggak diancam sama dia", sahut Dodo.
"Ih jahat emang", kata Tasya dan aku hanya tertawa puas.
Bazar sangat ramai
sekali. Tidak hanya makanan dan minuman, tapi juga ada yang menjual
berbagai macam aksesoris dan barang yang bertemakan Jepang dan anime.
Aku yakin kakakku sekarang sudah kalap beli barang yang dia mau. Sekilas
aku melihat ada seseorang yang berlari kencang yang wajahnya taka sing
lagi bagiku. Anak itu. Tanpa pikir panjang ku kejar anak itu tanpa
menghiraukan Dodo dan Tasya yang sedang bersamaku. Kali ini pandanganku
tidak salah.
Entah kenapa, anak itu
berlari ke arah gedung fakultas ekonomi yang tak jauh dari lokasi bazar.
Sekilas ada hal buruk yang terlintas dipikiranku. Pelan-pelan ku ikuti
dia saat sudah mulai berjalan. Ku lihat dia masuk ke koridor kelas
manajemen. Kelas kak Roby. Aku berusaha positif thinking tapi dia bisa.
Ternyata dugaanku benar,
ada kak Roby dan gerombolannya yang sedang berdiri seperti menunggu
anak itu. Aku bersembunyi supaya tidak ketauan tapi tetap bisa melihat
apa yang terjadi, dan untuk berjaga-jaga ku genggam hpku.
"Lama amat sih!", bentak kak Roby keras sampai suaranya bisa kudengar.
"Maa... maaf kak", jawb anak itu ketakutan.
Aku mulai tidak bisa
mendengarkan apa yang mereka bicarakan, yang pasti aku sempat melihat
anak itu dipukul sampai jatuh oleh kak Roby. Tak mau ketauan, ku
putuskan untuk keluar menunggu anak itu di depan gedung fakultas yang
lebih aman. Ternyata disana Dodo, dan Tasya sedang mencariku. Ku temui
mereka dan ku ceritakan tentang apa yang aku lihat tadi. Tasya terkejut
dan berniat menolong anak itu, tapi ku tahan karena takut terjadi hal
diluar dugaan.
10 menit kemudian, anak
itu keluar dari gedung fakultas ekonomi sendirian. Ku lihat ada luka
lebam dipipi kanannya. Bekas pukulan. Aku dan teman-temanku lantas
menghampiri anak itu.
"Hai, kamu nggak pa pa kan?", sapaku bertanya dan sontak membuat anak itu kaget.
"Kamu ngapain? Kok tiba-tiba ada disini?", tanyanya bingung dan ketakutan.
"Nggak usah takut, aku
tadi nggak sengaja kesini terus liat semua kejadian yang kamu alamin
tadi", jawabku. "Aku kesini mau nolongin kamu sama sekalian kenalan"
"Makasih", jawabnya singkat dan berusaha pergi tapi ditahan Tasya.
"Kamu cerita aja ke
kita-kita, siapa tau kan kita bisa bantu", ucap Tasya. Mau tidak mau
anak itu menurut dan kami mengajaknya ke tempat kami istirahat tadi.
"Nama kamu siapa?", tanya Tasya halus.
"Engg.. mm... hhh..
Namaku Dewa Putra Prasetya, panggil aja Dewa", kata Anak itu. Dewa,
itulah Namanya. "Kamu tadi liat aku dipukul?", tanyanya padaku.
"Heem", jawabku singkat.
"Makasi buat yang kemarin kamu bantuin aku ya"
"Oke nggak pa pa, oh iya kenalin ini temen aku Dodo sama Tasya", ucapku mengenalkan.
"Hai salam kenal", balasnya.
Tak lama kakakku dan
temanku yang lain datang. Ada satu pemandangan aneh yang aku lihat,
yaitu Fany yang terus barada dibalik punggung kakakku dan memegangi
pinggangnya.
"Siapa nih Zha?", tanya Dany memandangi Dewa.
"Inget nggak sama anak
yang aku tolongin waktu itu, ini dia. Namanya Dewa", jelaskku. "Oh ya
De, kenalin ini temen-temen aku yang lainnya, ada Dany, Daffa, Angela,
sama itu Fany. Ini kakakku, kak Bryant terus itu temennya kak Al sama
kak Aura", jelaskku mengenalkan.
"Halo semua salam kenal", jawab Dewa singkat.
"Kamu habis berantem?", tanya kakakku ketus.
"Ng.. nggak, Cuma habis jatuh", jawabnya terbata-bata.
"Waah waaah si anak
bawang disini toh", sahut kak Roby yang tiba-tiba muncul. "Oh sekarang
dekengannya sama mas Bryant to! Hahaha", ledeknya. Sontak hal ini
membuat kakakku naik darah.
"Tahan Yant tahan", bisik kak Al pada kakakku agar tidak terjadi perkelahian.
"Aneh juga ya, ada
cowok, kapten futsal, kapten tae kwon do, kapten sepak bola, tapi
Sukanya kayak begian. Malu tuh sama badan!", ucap kak Roby yang semakin
meledek. "Badan doang gede, tinggi hahahaha"
"Banyak bacot tau nggak! Kalo mau berantem sini!!", balas kakakku emosi.
"Rob, mending kamu pergi
deh dari sini, ganggu tau gak! Balik ke alammu gih sono!!", suruh kak
Aura. "Fan, bawa Bryant pergi gih"
"Iya kak, kak Bryant, kesana bentar aja", kata Fany.
"Banci!", ucap kak Roby dan langsung pergi.
"Sabar kak, nggak usah diladenin", kataku.
"Ma.. maa... maaf ya semua. Gara-gara aku disini jadi ribut deh", kata Dewa.
"Nggak kok, emang dia
aja yang resek", jawab kakakku masih emosi. "Itu bajumu juga sobek,
mending kamu ikutan kita sekalian pake kostum cosplay",
"Ngg.. nggak usah, aku gini aja"
"Jangan nolak kalik, asik kok ikut ginian", tambah Angela.
"Kalo mau aku anter ke
mobilku sekarang, kita ganti baju disana", tawar kakakku sedikit
memaksa. Mau tidak mau, Dewa menurutinya dan langsung ikut kakakku dan
kak Al.
Selang beberapa menit,
mereka kembali. Dewa sudah memakai baju baru. Kostum karakter Metal Lee.
Untung saja aku sempat membawa cadangan kostum untuk jaga-jaga dan
ternyata kostum itu berguna juga. Postur tubuh Dewa yang cukup tinggi
juga cocok dengan kostumnya.
"Dek, kamu bawa kacamatamu nggak?", tanya kakakku.
"Bawa, kenapa kak?"
"Pinjemin ke Dewa dulu, kasian dia tadi jalan nabrak mulu"
"Emang kamu minus berapa? Kacamataku minus 2"
"Iya, aku minus 2 juga", jawab Dewa tidak enak.
"Ya udah pake aja nih, ntar aku pake softlens aja", kataku dan memberikan kacamataku.
"Makasi ya, maaf ngerepotin banget"
"Nggak kok santai aja hahaha"
*
Sekian lama menunggu,
akhirnya pengumuman pemenang lomba cosplay dimulai. Semua team
harap-harap cemas. Sepertinya dewi fortuna sedang berpihak pada teamku.
Teamku berhasil mendapat juara 2. Lantas hal ini membuat kakakku dan
Dodo senang bukan kepalang. Tidak menyangka.
"Thanks ya semuanya, kalo nggak ada kalian nggak tau deh gimana", kata kakakku senang.
"Janjinya jangan lupa Yant", tagih kak Aura.
"Oke, ntar malem kita semua makan besar, kecuali adekku ya hahaha", jawab kakakku.
"Serah! Yang penting uang jajanmu udah wajib buat aku seminggu besok", balasku
"Sialan!", kata kakakku sambil menyentil jidatku keras dan membuaku teriak kesakitan.
"Dewa kamu ikut ya", ajak Tasya.
"Enggak ah, aku kan nggak ngapa-ngapain tadi", jawab Dewa lugu.
"Nggak pa pa ikut aja oke, kamu kan temen kita sekarang, jadi kalo ada apa-apa langsung bilang aja ke kita-kita", tambahku.
"I.. iyaa deh"
"Nah sekarang kita ke rumahku dulu, kita rayain dirumahku. Ntar Zha yang masak hahaha", ajak kakakku.
"Iya ku yang masak", sahutku malas.
Senang rasanya hari ini.
Selain menang lomba cosplay, tapi sekarang aku juga mendapat teman
baru. Teman yang tak ku duga sebelumnya, seorang yang menambah ramai klikku, seorang yang baik dan lugu. Dewa.
Ya, sepertinya hari-hariku kedepan akan penuh dengan cerita dan petualangan baru yang menyenangkan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar