Jumat, 13 Juli 2018

ICE CRIME (CHAPTER 4)

4. CHOICE
-------------------------------------------------------------

Bingung. Itu yang aku rasakan dari tadi sejak berada di kampus. Bahkan sampai di rumah pun aku masih memikirkan hal yang tadi aku alami di kampus. Sejak awal alasanku memilih tidak ikut UKM di kampus memang karena aku tidak ingin tambah repot dengan banyak kegiatan, apalagi aku juga punya pekerjaan di luar kampus. Dari tadi aku hanya memandangi form dan daftar UKM yang terpampang rapi di meja belajarku.
~tok tok tok~
"Zha, makan malam dulu sini", panggil ibuku dari luar kamarku. Segera setelah itu aku langsung keluar kamar dan pergi ke ruang makan. Di meja makan ternyata aku sudah ditunggu oleh ayah dan kakakku.
"Lama amat sih! hobi banget bikin nunggu lama", ucap kakakku jengkel dan hanya ku balas dengan tatapan tajam karena aku malas berdebat dengan dia. Aku langsung duduk dan diam sambil menatap makanan dihadapanku.
"Kok gak makan, Zha?", tanya ayahku heran.
"Aah iya yah, ini mau ngambil makannya", jawabku.
"Kamu napa sih? kok daritadi pulang kampus kayaknya lesu gitu, terus liat ibu sama ayah pulang juga nggak kayak biasanya", kata ibuku sambil mengambilkan lauk untukku.
"Nggak pa pa kok", balasku singkat dan langsung makan.
"Nggak mungkin nek nggak ada masalah, buktinya aja rambutmu acak-acakan kayak gini padahal kamu baru mandi. Cerita aja sama ibu, Zha", kata ibuku sambil membenarkan rambutku.
"Lagi bingung, bu. Tadi di kampus disuruh ikut UKM tapi kan dari awal emang aku nggak mau ikut gituan", jawabku.
"Gitu wae bingung, tinggal milih 1 doang aja repot sih?! orang kakak yang ikut banyak UKM aja santai kok", sahut kakakku.
"Brisik ih, sewot mulu", sahutku sengit.
"Loh bukannya kamu dulu waktu SMA juga ikut kegiatan banyak juga ya, kok sekarang malah bingung?", kata ayahku.
"Iya sih yah. Tapi kan itu dulu waktu SMA, sekarang kan beda apalagi aku sekarang juga kerja jadi penyiar radio, jadi takutnya kalo banyak kegiatan malah keteteran akunya", jawabku pada ayahku.
"Bukannya dulu juga kamu pernah jadi wartawan sekolah ya? kenapa nggak kamu terusin aja?", balas ayahku kembali.
"Males ah, ribet kalo wartawan kampus", keluhku.
"Nah itu masalahe, kamu aja males kok. Coba sek lah, masalah kerjaanmu jadi penyiar kan jadwalnya bisa diatur ulang lagi to", ucap ibuku.
"Bener tu kata ibu dek. Ayah juga setuju, masalah kerjaan bisa kamu sampingin dulu kan, lagian ayah sama ibu tiap bulan kan juga ngasi kamu sama kakakmu uang jajan", kata ayahku.

Sejenak aku memikirkan perkataan ibu dan ayahku. Mencerna setiap kata dan berusaha berpikir benar-benar soal keputusanku nantinya. Setelah makan, aku langsung ke kamarku. Ku lihat lagi daftar UKM di kampusku. Mulai dari kegiatan organisasi, kesenian, sampai olah raga. Pelan-pelan aku lihat satu per satu dan memilih mana yang cocok untukku. Satu hal yang menarik perhatianku saat aku melihaT dibagian olah raga. Dominico Bryanta Airlangga. Nama kakakku yang tercantum sebagai ketua UKM sepak bola/futsal, dan tae kwon do. Tidak kaget sih. UKM sepak bola dan tae kwon do memang menjadi salah satu yang terbaik di kampusku karena sering mendapat kemenangan dikejuaraan bahkan pernah sampai ke tingkat nasional. Ditambah kakakku memang dulu sejak SD sampai SMA adalah atlet tae kwon do dan pernah jadi pelatih di tempat latihan tae kwon do. Hampir cukup lama melihat-lihat, entah kenapa pilihanku jatuh ke UKM jurnalistik dan club bahasa. 

Alasanku memilih jurnalistik simpel, karena benar apa kata ayahku kalau tidak ada salahnya jika aku meneruskan jadi wartawan kampus. Sedangkan untuk club bahasa karena kebetulan juga club bahasa di kampusku termasuk yang favorit karena banyak anak-anak polygot atau yang menguasai banyak bahasa asing dan sering ikut banyak kegiatan diluar kampus, ditambah aku juga menguasai bahasa asing selain bahasa inggris, yaitu bahasa mandarin. Ku lihat jadwal kegiatan dari UKM yang akan aku pilih, dan ternyata jadwalnya tidak benturan dengan jadwal siaran radioku. Untuk jurnalistik sendiri di hari rabu sore, dan club bahasa di kamis sore. Jadi dengan ini aku mantapkan diriku untuk memilih 2 UKM ini.
"Semoga pilihanku pas", kataku sambil mengisi form.
"Gitu aja repot banget, heran kakak", sahut kakakku yang tiba-tiba masuk ke kamarku dan membuatku kaget.
"Kebiasan masuk kamar orang nggak pernah pintu!!", sahutku geram.
"Milih yang mana akhirnya?", tanyanya.
"Nerusin jurnalistik sama club bahasa", balasku singkat.
"Nggak mau ikut tae kwon do aja? kan dulu kita juga tae kwon do"
"Nggak mau, males ah kapok ikut tae kwon do. Lagian bosen juga ketemu kak Yan terus tiap hari"
"Asik kali, biar kamu nggak bandel juga"
"Btw kok kak Yan bisa jadi kapten sepak bola sama tae kwon do sih?"
"Ya bisa lah. Bryant gitu, mahasiswa teladan hahaha"
"Diih sombong amat, heran. Udah keluar sana! aku mau nugas dulu", suruhku sambil mendorong kakakkku keluar kamarku. "Berat amat sih?!", kataku.
"Makannya tumbuh ke atas hahaha", sahut kakakku yang lalu menowel kepalaku dan langsung lari keluar kamarku sehingga hampir membuatku jatuh.
"Arrghh!! Kak Yan!!!", teriakku jengkel.

**

Di kelasku hari ini sedang tidak seperti biasanya. Semuanya sibuk sendiri dengan UKM yang mereka akan pilih.
"Kamu ikut yang mana, Zha?", tanya Daffa padaku.
"Jurnalistik sama club bahasa sih", jawabku.
"Kamu ikut 2? yakin nggak capek", balas Daffa bertanya lagi.
"Iya, lha kamu ikutan apa?", tanyaku.
"Aku ikutan tae kwon do sih, itung-itung belajar bela diri", jawabnya.
"Ketemu sama kakakku dong ntar, ati-ati sama kakakku, dia ganas", kataku.
"Waah-waah masih pagi udah ngerumpi aja", sahut Dodo tiba-tiba saat baru datang.
"Apaan ngerumpi, nggak lah", sahut Daffa balik.
"Btw pada ikutan UKM apa kalian?", tanya Dodo.
"Aku ikut tae kwon do, terus Zha ikut jurnalis sama club bahasa", jawab Daffa lugas.
"Seriusan Zha ikut 2?", kata Dodo heran.
"Serius lah, aku mau buktiin ke kakakku kalo nggak cuma dia yang bisa ikut banyak UKM", jawabku semangat. "Terus kamu ikut apaan?"
"Aku ikut mapala", kata Dodo sambil duduk dikursinya.
Hampir 30 menit kami mengobrol sambil menunggu kelas mulai. Mulai dari obrolan seputar kegiatan kampus, sampai obrolan yang unfaedah karena Dodo tiba-tiba ngebahas soal anime yang alhasil bikin Daffa bengong karena gak paham sama sekali. Untung saja aku sedikit paham soal gituan, karena kakakku diam-diam juga seorang otaku atau fans anime. Gampangannya fans yang berbau jepang gitu. Aneh sih, seorang kapten futsal, atlet tae kwon do tapi sukanya yang begituan. Nggak cocok sama image-nya sama sekali.

*

Bu Ratna langsung mengecek satu-satu form yang sudah kami semua kumpulkan, dan untungnya kelasku ngumpulin semuanya jadi bu Ratna nggak perlu ngasih siraman rohani pagi hari.
"Oke baik terima kasih kerja samanya mas mbak karena sudah mengumpulkan semua ya", ucap bu Ratna. "Tapi saya mau tanya, ini mas Daffa Araya kok nggak ada tanda tangan orang tua ya?"
"Maaf bu, orang tua saya diluar kota. Saya disini nge kost", jawab Daffa datar.
"Ya sudah kalau gitu, berarti ini semua sudah komplit. Untuk ikut kegiatannya sendiri kalian bisa menghubungi dosen pendampingnya dan ketua setiap kegitan", ujar bu Ratna memberi tahu.
Setelah bu Ratna selesai, dia langsung masuk ke pelajaran. Hal ini yang membuatku yang awalnya semangat jadi ngantuk lagi karena aku sedang malas ikut pelajaran. Tapi untungnya materi yang disampaikan bu Ratna nggak terlalu berat, jadi aku nggak harus sampe tidur di kelas.

Jam 12 siang.
Selesai kelas aku langsung ke ruang dosen untuk menemui bu Aneta dosen pendamping jurnalistik. Belum sampai di ruang dosen aku sudah bertemu dengan bu Aneta di dekat kelas jurusan sastra bahasa indonesia. Setelah bertemu dengan dia, aku langsung meminta waktu ngobrol dan mengatakan tujuanku bertemu untuk mendaftarkan diriku jadi anggota jurnalis. Tanpa pikir panjang bu Aneta langsung meng-accku setelah aku mengatakan kalau dulu waktu SMA aku pernah jadi wartawan sekolah dan pernah diajak magang menjadi wartawan berita disalah satu percetakan koran yang cukup bagus. Kebetulan di kampusku juga menerbitkan koran kampus dan majalah atau buletin kampus, jadi hal ini tentunya mempermudahku nantinya karena aku sudah punya basic jurnalistik.
Setelah menemui bu Aneta, aku langsung pergi lagi ke gedung fakultas MIPA tepatnya ke kelas biologi untuk menemui kak Sandra ketua jurnalistik. Untung saja aku sudah kenal kak Sandra karena dia dulu kakak kelasku waktu SMA dan juga pernah ikut magang jadi wartawan denganku. Jadi aku yakin nantinya kalau jadi wartawan kampus, setidaknya aku sudah kenal dengan ketuaku. Sesampainya di depan kelas biologi, aku bertanya dengan orang yang disana mencari kak Sandra. Tak lama aku bertemu dengan kak Sandra.
"Haii, mm Zha ya? apa kabar?", sapa kak Sandra saat menemuiku.
"Iya kak, baik kok, kak Sandra sendiri gimana?", sapaku balik.
"Baik juga kok, oh ya ada apa nih nemuin aku?", tanyanya sambil menyuruhku duduk disampingnya.
"Anu kak, gini sih, aku kan sekarang mau ikut jurnalistik, aku udah bilang bu Aneta sih terus aku kesini mau bilang ke kak Sandra", ucapku malu.
"Oh gitu, ya udah gabung aja. Syukur banget ada yang gabung lagi jadi tambah rame deh", tukasnya senang. "Kalo gitu mulai minggu depan kamu gabumg aja, ntar bareng aku aja kita sama-sama ke ruang redaksinya"
"Siaap bosque!! makasii kak Sandra", balasku juga ikur senang.
"Hhh, seneng deh aku bisa kerja bareng kamu lagi, udah lama juga hahaha. Ya udah ya aku mau ada praktikum habis ini, aku duluan ya, pokoknya aku tunggu minggu depan, byee", kata kak Sandra dan langsung pergi ke lab.

Lega akhirnya sudah bilang ke bu Aneta dan kak Sandra. Tinggal aku menemui pak Tino, dosen pendamping club bahasa, dan kak Aldyro ketua club bahasa. Berhubung hari ini kelas soreku ditiadakan dan sebagai gantinya besok sore kelaskku berangkat, aku langsung ke kelas kakakku. Pas banget karena gedung fakultas MIPA sama teknik dekat. Sampai di kelas kakakku, aku bertemu Daffa dan ternyata dia ingin menemui kakakku.
"Dapanih rame-rame?", sahut kakakku setelah keluar dari kelasnya.
"Ini Daffa mau ketemu sama kamu, kak", jawabku.
"Iya kak, aku mau ikut tae kwon do", lanjut Daffa.
"Udah pernah ikut tae kwon do sebelumnya ato baru banget ikut?", tanya kakakku ketus.
"Ng... Anu kak, iya baru ikut", ucap Daffa grogi.
"Oh gitu, oke kamu boleh ikutan, tapi inget! di tempat kita semua anaknya udah sabuk hijau ke atas, jadi kamu mau nggak mau harus bisa ngikutin kita!", gertak kakakku yang seolah dengan nada mengancam.
"Galak banget sih! santai ngapa kak", kataku jengkel karens aku tidak suka dengan nada bicara kakakku.
"Iiiya kak, ya udah kak aku duluan", jawab Daffa takut dan dia segera pergi pulang.
"Cemen amat sih, digertak dikit doang langsung letoy", ucapnya enteng.
"Kak Yan sih galak banget, orang udah tau Daffa lempeng banget digituin"
"Kalo dia ikut bela diri terus fight bakal kalah duluan kalo modelnya gituan"
"Kan tiap orang beda-beda. Kak Yan ih, udah yok pulang", ajakku.
"Iya tapi kamu yang boncengin"
"Ih males ah, mana bisa aku naik motormu ogeb!"
"Bercanda, nge gas mulu", katanya dan kami langsung pulang dari kampus.

**

Sore hari kuhabiskan bermain game. Game werewolf. Game yang paling aku sukai, karena cuma digame ini bisa sandiwara. Inti dari game ini sebenernya mengajarkan munafik karena jangan sampai peran kita ketauan sama player lain. Kadang kalau main game ini aku bisa jadi heboh sendiri kayak orang gila karena saking serunya sampai kebawa emosi. Inilah efeknya kalau udah terlalu menghayati dunia virtual alias dunia game. Seolah dunia milik sendiri dan bisa dikendalikan.

Sudah hampir 2 jam lebih aku bermain game sampai kalap. Setelah puas, aku pergi ke dapur untuk membantu ibuku masak makan malam. Baru sampai dapur aku sudah terkejut karena kakakku sudah disana membantu ibuku. Pas. Aku bisa mengadukan kejadian tadi di kampus ke ibuku.
"Tumben telat bantuin dek, udah keduluan kakak tuh", kata ibuku saat aku baru sampai di dapur. "Main game ya mesti".
"Iya lah, bu, ngapain lagi. Nglakuin hal nggak penting mulu kan dia sukanya", sahut kakakku yang sedang mencuci sawi.
"Sewot mulu ih!! sehari nggak ngeselin bisa nggak bisa ya", ucapku jengkel.
"Haduh mulai berantem lagi, udah-udah jangan berantem", perintah ibuku.
"Kak Yan tuh yang mulai, tadi juga di kampus, bu. Kak Yan gertak temenku sampe dia takut", aduku pada ibuku.
"Lha kenapa digertak?"
"Orang dia tanya baik-baik kan, eh kak Yan nge gas"
"Bener kak yang dibilang adekmu?"
"Lemes banget mulutnya heran", kata kakakku senget sambil melirik tajam ke arahku.
"Yan yan, kamu tuh jangan galak-galak to. Nanti nggak ada cewek yang mau sama kamu lho kalo galak kayak gitu"
"Biarin ding bu, biar jomblo seumur hidup kak Yan"
"Ini anak kecil nyahut mulu. Iya bu iya", jawab kakakku.

Puas. Itu yang rasakan, akhirnya bisa bikin kakakku jinak. Seusai memasak, aku kembali ke kamarku. Kulihat hpku dan ternyata ada pesan dari Daffa yang bilang kalau ingin ngobrol denganku. Jadi ku telfon dia.
"Halo, Daff? kenapa?", sapaku dari balik telfon.
"Halo, Zha. Mmm, gini sih, aku masih kepikiran soal yang tadi. Gimana ya enaknya? apa aku ganti UKM aja ya?", kata Daffa.
"Jangan ganti lah. Gini aja deh, aku kan dulu juga pernah ikut tae kwon do juga biarpun cuma sampe sabuk biru dan nggak se jago kakakku sih, tapi kalo mau aku bisa bantuin nglatih kamu basic-basicnya", tawarku.
"Tapi gimana ya, Zha"
"Udah santai aja, kalau mau besok minggu pagi ke rumahku, kita latihan bareng biar kamu nggak kagok ntar"
"Oke deh aku mau", jawabnya setuju.
"Nah gitu dong, oke deh ku tunggu besok minggu ya"
"Iya, Zha. Makasi ya", katanya dan langsung menutup telfon.

**

Minggu pagi.
Seperti janjiku, aku mengajak Daffa berlatih bersama. Sekalian berlatih, sekalian ngerjain tugas karena di rumahku nggak cuma ada Daffa, tapi Angela, Dodo, dan Nurul juga ada disini. Latihan aku lakukan setelah tugasku selesai, jadi kalau gini nggak bakalan ada tanggungan.
"Yakin Daff mau tae kwon do?", tanya Angela.
"Iiiya", jawabnya singkat.
"Kuy Daff, pemanasan dulu biar nggak cidera", ajakku.

Setelah 2 menit pemanasan, aku mulai mengajarkan dasar-dasar tae kwon do. Mulai dari teknik memukul, menangkis, sampai menendang. Sebenarnya untuk teknik dasar tae kwon do cukup mudah dan aku masih hafal meskipun namanya aku sudah sedikit lupa. Beruntung sedikit demi sedikit Daffa bisa mengikuti semua gerakanku, jadi dengan ini nantinya dia nggak bakal kesusahan.
"Gimana Daff? Udah mulai bisa kan dikit-dikit", tanyaku sambil mengambil minum.
"Iya udah lumayan sih, tapi rasanya masih agak kaku sedikit", jawabnya.
"Nggak pa pa, ntar lama-lama kan kebiasa sendiri"
"Kamu diem-diem bisa juga tae kwon do ya Zha", timbrung Nurul yang sedang mengambilkan makanan untukku dan Daffa.
"Hehehe, dulu pernah tae kwon do sih bareng kakakku, jadi bisa dikit-dikit", jawabku sedikit malu.
Baru sebentar istirahat, tiba-tiba kakakku datang menghampiri aku, Daffa, dan Nurul di halaman belakang rumahku.
"Tae kwon do-mu masih bagus dek", kata kakakku.
"Ngapain ngomong gitu? Mau ngledekin ato apa nih?!", balasku curiga.
"Terserah sih kamu mau ngomong apaan, oh ya buat kamu Daffa. Aku udah liat usahamu tadi, aku suka. Tiap minggu dateng ke rumahku, aku latih kamu biar tambah bisa, itu kalo kamu mau", ucap kakakku dengan nada yang seolah menawarkan tapi juga sengak dan lalu pergi lagi.
"Itu kakakmu ketus juga, Zha", sahut Nurul bingung.
"Emang gitu dia mah, udah biasa aku", jawabku sambil memandangi kakakku yang berjalan keluar rumah. "Gimana, Daff? Kamu terima tawarannya kakakku tadi", lanjutku bertanya pada Daffa yang hanya diam saja.
"Daff! Ditanyain tuh sama Zha", teriak Nurul yang tersentak membuat Daffa kaget.
"Eh iya, aku mau. Tolong bilangin ke kakakmu ya Zha", jawab Daffa.
"Oke gampang, ntar aku bilangin ke dia. Ya udah yuk masuk lagi", ajakku pada Nurul dan Daffa. Di ruang tamuku ternyata Angela dan Dodo sedang asyik ngobrol dan heboh sendiri. Berdua. Serasa dunia milih mereka berdua.
"Mesra amat", cletuk Daffa datar dan tanpa dosa.
"Apaan sih, Daff? Kamu udah selesai latihannya?", jawab Angela santai.
"Ati-ati lho, kalau cowok cewek berduaan doang ntar tengah-tengahnya setan", tukas Nurul yang lalu duduk disamping Angela.
"Ya kan kalian setannya hahaha", balas Dodo sambil tertawa. "Btw tadi kak Bryant kenapa Zha? Marah-marah ya hahaha"
"Nggak marah-marah kok, lagi lumayan jinak dia", jawabku.
"Tadi keluar tuh, kamu nggak ikut abang tercintamu hahahah", ledek Dodo.
"Nggak, males ikut dia mulu", kataku sengit.

**

Rabu sore.
Aku dan kak Sandra bersama-sama ke ruang jurnalistik. Kebetulan ruang jurnalistik berdekatan dengan gedung fakultas psikologi. Sampai disana, aku langsung melongo. Bukan karena tempatnya, tapi karena disana jumlah cowoknya sedikit banget. Ku hitung ada 26 orang termasuk aku, tapi cowoknya hanya ada 7 orang dan itu termasuk aku.
"Guys! Kenalin ini Zha, dia anggota baru ditempat kita. Zha, kenalin diri kamu", suruh kak Sandra setelah mengenalkanku.
"Haloo kakak-kakak, kenalin namaku Antonio Satura Hanindito biasa dipanggil Zha. Aku anak kelas psikologi 1 semester 1. Salam kenal", kataku mengenalkan diri.
"Haaii salken", sahut 1 ruangan.
"Akhirnya ada anak psikologi juga yang masuk sini", sahut salah seorang kating perempuan yang duduk didepan meja computer.
"Oh iya, Zha ini juga dulu pernah magang jadi wartawan koran bareng aku. Jadi dia bisa bantuin kita lagi masalah koran kampus", kata kak Sandra.

Mendengar perkataan kak Sandra aku jadi malu sendiri. Setelah memperkenalkan diri, aku langsung duduk di kursi kosong dekat papan pengumuman redaksi. Belum lama disini aku sudah merasakan kehangatan antar anggotanya. Biarpun cowoknya sedikit, tapi semuanya bisa membaur dan akrab satu sama lain. Sambil melihat sekeliling, aku amati anaknya satu-satu. Dari angkatanku aku hanya melihat 3 orang dan ditambah aku jadi 4 orang.

Hari pertama ikut jurnalisku tidak buruk. Bahkan menyenangkan, karena hari ini hanya membahas soal isi dan meteri untuk koran kampus bulan November. Baru masuk aku sudah mendapat tugas pertama. Meliput acara Matsuri bulan November besok di kampus bersama kak Cahya, kak Rani, dan Vino. Matsuri. Acara berbau jepang, anime, dan kawan-kawannya. Aku yakin kakakku bakal semangat kalau tau ada acara ini.
"Oke buat hari ini cukup dulu, kita bahas lagi yang lainnya minggu depan. Buat Zha nanti kartu pers kampusmu menyusul ya. Thanks udah dateng", tutup kak Sandra untuk pertemuan yang berlangsung hampir 1 setengah jam hari ini.
"Iya kak", jawabku semangat.
*****

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

ICE CRIME (Chapter 11)

11. SECOND : JATUH DARI ATAS KENYATAAN -------------------------------------------------------------- Pagi ini kegiatan fun learning ...